Senin, 03 Januari 2011

Iman, Islam, Ihsan

Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Umarah] -yaitu Ibnu al-Qa'qa'- dari [Abu Zur'ah] dari [Abu Hurairah] dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Kalian bertanyalah kepadaku'. Namun mereka takut dan segan untuk bertanya kepada beliau. Maka seorang laki-laki datang lalu duduk di hadapan kedua lutut beliau, laki-laki itu bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah Islam itu? ' Beliau menjawab, 'Islam adalah kamu tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, mendirikan shalat, membayar zakat, dan berpuasa Ramadlan.' Dia berkata, 'Kamu benar.' Lalu dia bertanya lagi, 'Wahai Rasulullah, apakah iman itu? ' Beliau menjawab, 'Kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, beriman kepada kejadian pertemuan dengan-Nya, beriman kepada para Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari kebangkitan serta beriman kepada takdir semuanya'. Dia berkata, 'Kamu benar'. Lalu dia bertanya lagi, 'Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ' Beliau menjawab, 'Kamu takut (khasyyah) kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.' Dia berkata, 'Kamu benar'. Lalu dia bertanya lagi, 'Wahai Rasulullah, kapankah hari kiamat itu? ' Beliau menjawab, 'Tidaklah orang yang ditanya tentangnya lebih mengetahui jawaban-Nya daripada orang yang bertanya, akan tetapi aku akan menceritakan kepadamu tentang tanda-tandanya; yaitu bila kamu melihat hamba wanita melahirkan tuan-Nya. Itulah salah satu tanda-tandanya. (Kedua) bila kamu melihat orang yang tanpa alas kaki telanjang, tuli, bisu menjadi pemimpin (manusia) di bumi. Itulah salah satu tanda-tandanya. (Ketiga) apabila kamu melihat penggembala kambing saling berlomba tinggi-tinggian dalam (mendirikan) bangunan. Itulah salah satu tanda-tandanya dalam lima tanda-tanda dari kegaiban, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah, " kemudian beliau membaca: '(Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim.Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakan-Nya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal) " (Qs. Luqman: 34). Kemudian laki-laki tersebut bangun (mengundurkan diri), maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Panggillah dia menghadapku! ' Maka dia dicari, namun mereka tidak mendapatkan-Nya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Laki-laki ini adalah Jibril yang berkeinginan agar kalian mempelajari (agama) karena kalian tidak bertanya'." . Kitab Iman Penjelasan tentang iman , Islam dan Ihsan no. Hadist 11

Minggu, 02 Januari 2011

JIHAD

“Jihad itu ada empat tingkatan: Jihad kepada diri (nafs), jihad kepada setan, jihad kepada kuffar dan jihad kepada munafiqin.
Jihad kepada diri ada empat jalan pula. Bahwa dijihad diri itu supaya dia suka bersungguh-sungguh mempelajari petunjuk (Hudan) dan agama yang benar. Yang tidak akan tercapai bahagia baik dalam kehidupan di dunia, apalagi di kehidupan akhirat, melainkan dengan petunjuk agama yang besar itu. Dan supaya di jihad nafs atas beramal sesudah berilmu, dan bahwa di jihad diri supaya berda’wah (menyeru) manusia kepada petunjuk dan agama yang tak memberi ajaran kepada yang tiada tahu. Kalau tidak dilakukan yang demikian, termasuk dia kepada golongan orang yang sengaja menyembunyikan kebenaran yang telah diturunkan Allah berserta petunjuk, dan tidaklah memberi manfaat atasnya ilmunya, dan tidak dia akan terlepas dari azab Allah. Hendaklah pula di jihad nafs itu supaya sabar menempuh kesusahan di dalam menyerukan agama Allah itu dan kesakitan yang ditimpakan oleh sesama makhluk.
Kala sempurna martabat yang empat itu, termasuk dia menjadi golongan orang Rabbani, yaitu orang yang terlatih jiwanya.
Adapun jihad menghadapi syetan, adalah dua martabat pula: Ialah dengan jalan menolak segala syubhat dan syukuk (keragu-raguan) yang dapat mengotori iman. Dan menjihadnya memerangi segala kehendak-kehendak yang salah dan syahwat. Jihad martabat yang pertama ialah dengan jalan yakin. Jihad martabat yang kedua dengan jalan sabar, menurut firman Allah: “Dan Kami jadikan diantara mereka itu pemimpim-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar (Dalam menegakkan agama) Mereka menyakini ayat-ayat Kami. (Surat As-Sajdah,ayat 24).
Disana nyata bahwa pangkat menjadi ikutan di dalam agama akan tercapai dengan sebab sabar dan yakin, Karena sabar menolakkan syahwat dan iradat yang tak baik, dan yakin menolakkan syak-wasangka dan subhat.
Adapun jihad dengan kafir dan munafik, empat pula martabatnya: Yaitu dengan hati, dengan lidah, dengan harta dan dengan diri. Maka barang siapa yang mati, padahal belum pernah berperang dengan salah satu senjata yang empat perkara itu, dan tidak ada pula niatnya hendak berperang, maka matilah dia di dalam golongan munafik. Dan tidaklah sempurna jihad melainkan dengan iman. Maka orang yang benar-benar mengharapkan rahmat Allah, ialah orang yang menegakkan ketiga-tiganya ini (jihad, Hijrah, dan iman). “ Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Al-Baqarah ayat 218).
Maka Allah telah memerintahkan bagi tiap-tiap kita mengerjakan dua hijrah, pada tiap-tiap waktu. Yaitu hijrah kepada Allah dengan jalan TAUHID, IKHLAS, MENYERAH, TAWAKKAL, KHAUF (TAKUT), RAJA’ (MENGAHARAP), MAHABBAH (CINTA) DAN TOBAT. Dan hijrah kepada Rasul-Nya dengan mengikuti sunnahnya dan tunduk kepada perintahnya, mendahulukan sabdanya dari pada sabda orang lain. Maka barangsiapa yang hijrah kepada Allah dan Rasul, adalah hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul. Tetapi siapa yang hijrah kepada dunia yang akan membawa laba kepadanya atau kepada perempuan yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu hanya sekedar tujuannya itu juga adanya. Allah perintahkan kita memerangi (menjihad) diri sendiri dalam mencari Allah, dan memerangi syetan. Tiap-tiapnya ini ilah fardhu ‘ain, tak boleh digantikan atau diserahkan kepada orang lain. Tetapi jihad dengan kafir dan munafik, cukuplah jika dikerjakan oleh setengah ummat (Ulama). Dan yang lain mengerjakan yang lain pula. Maka orang yang sempurnya imannya pada sisi Allah, ialah orang yang sanggup menyempurnakan jihadnya semua. Tetapi makhluk ini bertingkat-tingkat pula kedudukan mereka pada sisi Allah, menurut angkatan martabat jihadnya.
Maka adalah makhluk Allah yang paling sempurna dan penutup dari segenap para Rasul, Nabi Muhammad Shallallahu’alahi wassalam yang telah mencapai setinggi-tinggi jihad. Telah berjihad, sejak dia dibangkitkan Allah sampai di mangkat! (Disalin dari “ Zaadil Ma’ad” karya Ibnul Qayyim)

IKHLAS kepada Rasulullah Shallallahu’alahi wassalam

Ikhlas kepada Rasulullah Shallallahu’alahi wassalam, mengakui dengan sungguh-sungguh risalatnya, percaya
Segala yang dibawanya, taat mengikuti yang diperintahkannya, menjauhi segala yang dilarangnya, membelanya di waktu hidupnya dan terus sampai matinya. Musuhi orang yang memusuhinya, bela orang yang membelanya, besarkan haknya, dan muliakan dia. Hidupkan sunnah-sunnahnya. Siarkan pengajarannya dan sampaikan serta luaskan syari’atnya keseluruh bumi. Nafi segala tuduhan yang dihadapkan orang kepadanya dengan alasan yang cukup. Pegang teguh ilmu yang ditinggalkannya. Karena dia diutus ke dunia menyempurnakan budi pekerti dan Allah sendiri yang mengajarnya beradab, bersabda Rasulullah Shallallahu’alahi wassalam: Tidaklah beriman seorang kamu hingga adalah Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lain . (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dan Firman Allah : “Katakanlah (olehmu Muhammad), jika adalah bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu (suamimu), keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahkan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak member petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (At Taubah, ayat 24).
Setelah mencintai Rasulullah Shallallahu’alahi wassalam, hendaklah mencintai pula sahabat-sahabatnya dan kaum keluarganya. Jangan dibedakan derajat masing-masing. Jika terjadi perselisihan diantara mereka, janganlah dimasuki satu pihak.

Sabtu, 01 Januari 2011

SYAFA’AT

Rasulullah shallallahu’alahi wassalam bersabda: “ Pada hari kiamat orang-orang yang beriman berkumpul lalu mereka berkata; ‘Sebaiknya kita meminta syafa’at kepada Rabb kita ‘azza wajalla sehingga kita dapat pindah dari tempat kita sekarang juga.’Lalu mereka mendatangi Adam ‘Alaihis salam seraya mengatakan;’Wahai Adam,engkau adalah Bapaknya manusia, Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya sendiri dan menjadikan Malaikat-malaikat-Nya sujud kepadamu, serta diajarkan pula kepadamu nama-nama segala sesuatu, maka mintakan syafa’at kepada Rabb kami ‘Azza wajalla agar Dia memindahkan kami dari tempat ini! Maka Adam berkata; ‘Bukan aku yang kalian maksud,’kemudian Adam menyebutkan dosa yang ia lakukan, hingga dosa tersebut membuatnya malu kepada Allah, lalu Adam berkata;’Datanglah kalian kepada Nuh ‘Alaihis salam karena ia adalah Rasul pertama kali yang Allah utus kemuka bumi, ‘Kemudian mereka mendatangi Nuh ‘Alaihis salam, lalu Nuh berkata; Bukan aku yang kalian maksud, lalu ia menyebutkan kesalahan dan permintaannya kepada Rabbnya dengan tanpa ilmu, hingga membuatnya malu kepada Rabbnya; akan tetapi datangilah Ibrahim ‘Alaihis salam kekasih Ar Rahman ‘Azza Wajalla ‘ Maka merekapun mendatanginya, lalu Ibrahim mengatakan; ‘Bukan aku yang kalian maksud, tapi datanglah kalian kepada Musa ‘Alaihis salam, seorang hamba yang Allah ajak bicara secara langsung dan diberikan Taurat.’ Maka merekapun mendatangi Musa, dan Musa juga berkata;’Bukan aku yang kalian maksud.’ Seraya menyebutkan seseorang yang ia bunuh tanpa alasan yang benar, hingga hal itu membuatnya malu kepada Rabbnya; ‘Akan tetapi datanglah kepada Isa ‘Alaihis salam, hamba Allah dan Rasul-Nya, kalimat serta ruh-Nya.’Maka mereka pun mendatangi Isa kemudian Isa mengatakan;’Bukan aku yang kalian maksud, akan tetapi datanglah kalian kepada Muhammad, seorang hamba yang dosanya telah diampuni Allah, baik yang lalu atau yang akan datang.’ Maka mereka pun mendatangiku, maka aku pun pergi sehingga aku minta izin kepada Rabbku ‘Azza wajalla, lalu akupun diizinkan. Maka ketika aku melihat Rabbku, aku langsung jatuh sujud kepada Rabbku ‘Azza wajalla, kemudian Dia membiarkan aku bersujud sekehendak-Nya. Setelah itu dikatakan; bangunlah ya Muhammad!memintalah maka engkau akan diberikan!berkatalah maka engkau akan didengarkan! Dan mintalah syafa’at maka engkau akan diberi (hak member syafa’at).” Maka aku mengangkat kepalaku dan memuji-Nya dengan pujian yang Dia ajarkan kepadaku, kemudian aku memberikan syafa’at dan Dia memberikan aku batasan, lalu aku memasukkan orang-orang ke dalam surga. Kemudian aku kembali kepada Rabbku ‘Azza wajalla untuk yang kedua kalinya, dan ketika aku melihat Rabbku aku langsung jatuh sujud kepada Rabbku, kemudian Dia membiarkanku bersujud sekehendak-Nya. Kemudian dikatakan; ‘Bangunlah ya Muhammad! Berkatalah maka engkau akan didengarkan! Memintalah maka engkau akan diberikan! Dan mintalah syafa’at maka engkau akan diberi (hak memberi syafa’at).’Maka aku mengangkat kepalaku dan memuji-Nya dengan pujian yang Dia ajarakan kepadaku, kemudian aku memberikan syafa’at dan Dia memberikan aku batasan, lalu aku memasukkan orang-orang ke dalam surga.’Kemudian aku kembali kepada Rabbku ‘Azza wajalla untuk yang ketiga kalinya, dan ketika aku melihat Rabbku aku langsung tersungkur sujud kepada Rabbku, kemudian Dia membiarkan aku bersujud sekehendak-Nya. Kemudian dikatakan; ‘Bangunlah ya Muhamnmad! Berkatalah maka engkau akan didengarkan! Memintalah maka engkau akan diberikan! dan mintalah syafa’at maka engkau akan diberi (Hak member syafa’at). ‘Maka aku mengangkat kepalaku dan Memuji-Nya dengan pujian yang Dia ajarkan kepadaku, kemudian aku memberikan syafa’at dan Dia memberikan aku batasan, lalu aku memasukkan orang-orang ke dalam surga.”Kemudian aku kembali kepada Rabbku ‘Azza wajalla untuk yang ke empat kalinya, lalu aku berkata: ‘ Wahai Rabb tidak yang tersisa kecuali orang-orang yang terhalang oleh al Qur’an dan wajib.’ kekal di neraka. (H.R Bukhari no. 4116)