Minggu, 02 Januari 2011

JIHAD

“Jihad itu ada empat tingkatan: Jihad kepada diri (nafs), jihad kepada setan, jihad kepada kuffar dan jihad kepada munafiqin.
Jihad kepada diri ada empat jalan pula. Bahwa dijihad diri itu supaya dia suka bersungguh-sungguh mempelajari petunjuk (Hudan) dan agama yang benar. Yang tidak akan tercapai bahagia baik dalam kehidupan di dunia, apalagi di kehidupan akhirat, melainkan dengan petunjuk agama yang besar itu. Dan supaya di jihad nafs atas beramal sesudah berilmu, dan bahwa di jihad diri supaya berda’wah (menyeru) manusia kepada petunjuk dan agama yang tak memberi ajaran kepada yang tiada tahu. Kalau tidak dilakukan yang demikian, termasuk dia kepada golongan orang yang sengaja menyembunyikan kebenaran yang telah diturunkan Allah berserta petunjuk, dan tidaklah memberi manfaat atasnya ilmunya, dan tidak dia akan terlepas dari azab Allah. Hendaklah pula di jihad nafs itu supaya sabar menempuh kesusahan di dalam menyerukan agama Allah itu dan kesakitan yang ditimpakan oleh sesama makhluk.
Kala sempurna martabat yang empat itu, termasuk dia menjadi golongan orang Rabbani, yaitu orang yang terlatih jiwanya.
Adapun jihad menghadapi syetan, adalah dua martabat pula: Ialah dengan jalan menolak segala syubhat dan syukuk (keragu-raguan) yang dapat mengotori iman. Dan menjihadnya memerangi segala kehendak-kehendak yang salah dan syahwat. Jihad martabat yang pertama ialah dengan jalan yakin. Jihad martabat yang kedua dengan jalan sabar, menurut firman Allah: “Dan Kami jadikan diantara mereka itu pemimpim-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar (Dalam menegakkan agama) Mereka menyakini ayat-ayat Kami. (Surat As-Sajdah,ayat 24).
Disana nyata bahwa pangkat menjadi ikutan di dalam agama akan tercapai dengan sebab sabar dan yakin, Karena sabar menolakkan syahwat dan iradat yang tak baik, dan yakin menolakkan syak-wasangka dan subhat.
Adapun jihad dengan kafir dan munafik, empat pula martabatnya: Yaitu dengan hati, dengan lidah, dengan harta dan dengan diri. Maka barang siapa yang mati, padahal belum pernah berperang dengan salah satu senjata yang empat perkara itu, dan tidak ada pula niatnya hendak berperang, maka matilah dia di dalam golongan munafik. Dan tidaklah sempurna jihad melainkan dengan iman. Maka orang yang benar-benar mengharapkan rahmat Allah, ialah orang yang menegakkan ketiga-tiganya ini (jihad, Hijrah, dan iman). “ Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Al-Baqarah ayat 218).
Maka Allah telah memerintahkan bagi tiap-tiap kita mengerjakan dua hijrah, pada tiap-tiap waktu. Yaitu hijrah kepada Allah dengan jalan TAUHID, IKHLAS, MENYERAH, TAWAKKAL, KHAUF (TAKUT), RAJA’ (MENGAHARAP), MAHABBAH (CINTA) DAN TOBAT. Dan hijrah kepada Rasul-Nya dengan mengikuti sunnahnya dan tunduk kepada perintahnya, mendahulukan sabdanya dari pada sabda orang lain. Maka barangsiapa yang hijrah kepada Allah dan Rasul, adalah hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul. Tetapi siapa yang hijrah kepada dunia yang akan membawa laba kepadanya atau kepada perempuan yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu hanya sekedar tujuannya itu juga adanya. Allah perintahkan kita memerangi (menjihad) diri sendiri dalam mencari Allah, dan memerangi syetan. Tiap-tiapnya ini ilah fardhu ‘ain, tak boleh digantikan atau diserahkan kepada orang lain. Tetapi jihad dengan kafir dan munafik, cukuplah jika dikerjakan oleh setengah ummat (Ulama). Dan yang lain mengerjakan yang lain pula. Maka orang yang sempurnya imannya pada sisi Allah, ialah orang yang sanggup menyempurnakan jihadnya semua. Tetapi makhluk ini bertingkat-tingkat pula kedudukan mereka pada sisi Allah, menurut angkatan martabat jihadnya.
Maka adalah makhluk Allah yang paling sempurna dan penutup dari segenap para Rasul, Nabi Muhammad Shallallahu’alahi wassalam yang telah mencapai setinggi-tinggi jihad. Telah berjihad, sejak dia dibangkitkan Allah sampai di mangkat! (Disalin dari “ Zaadil Ma’ad” karya Ibnul Qayyim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar