Jumat, 31 Desember 2010

Penyebab Kesesatan Akidah 3

Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (Al-A’raf (7): 175-176). Jika saja orang seperti itu menggunakan akal sehatnya dan berusaha untuk berperilaku lurus, maka ia akan menghilangkan perang batin di dalam dirinya justru dengan menguatkan aqidah kebenaran dan memenuhi keinginan-keinginannya dengan cara yang halal serta mengarahkan keinginan melakukan yang haram dengan merasakan kenikmatan melaksanakan kewajiban dan ketinggian akhlaq. Penelitian dan pengalaman menunjukkan bahwa kelezatan melaksanakan kewajiban dan komitmen dengan perbuatan mulia jauh melebihi kenikmatan hawa nafsu rendah dan lebih menenangkan jiwa. Penyimpangan mental perilaku ini dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
2.a. Hasad (Dengki) Adalah salah satu penyakit jiwa yang amat buruk yang mendorong orang untuk melecehkan kebenaran dan mengingkarinya meskipun kebenaran itu didukung oleh argumentasi dan bukti yang amat jelas. Hasad ditambah ittiba’ul hawa (mengikuti hawa nafsu) menjadi faktor utama pengingkaran dan pembangkangan serta makar Yahudi terhadap kebenaran yang dibawa oleh Nabi Isa as. Oleh karenanya mereka berusaha untuk membunuh Nabi Isa as – namun Allah swt menyelamatkan beliau – sebagaimana telah mereka lakukan terhadap nabi-nabi Bani Israil lainnya alaihimussalam. Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus (Jibril). Apakah setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginan (hawa nafsu) mu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? (Al-Baqarah (2): 87). Hasad juga yang menjadi penyebab utama permusuhan Yahudi terhadap Rasulullah saw sehingga mereka melakukan berbagai makar terhadap beliau dan dakwahnya, kemudian makar itu terus berlanjut sepanjang sejarah Islam dari khilafah Abu Bakar sampai hari ini. Ahbar (para tokoh agama) Yahudi hasad kepada Nabi Isa karena mereka khawatir Nabi Isa merebut kepemimpinan agama yang sedang mereka pegang atas Bani Israil yang dengan kepemimpinan itu mereka menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Sedangkan hasad semua Yahudi – kecuali yang masuk Islam – kepada bangsa Arab di masa Rasulullah saw adalah karena mereka telah menanti seorang nabi untuk memerangi bangsa Arab yang menyembah berhala, namun justru bangsa Arab malah beriman kepada Nabi Muhammad saw, maka mereka mengingkari Nabi yang telah mereka ketahui kedatangannya sebelumnya. Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka , padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la’nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. (Al-Baqarah (2): 89). Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya . Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al-Baqarah (2): 109). 2.b. Kecenderungan Jiwa yang Menuntut Pemenuhan dengan Cara Menyimpang Akibat pendidikan yang rusak atau jauh dari manhaj Islam, sangat mungkin tumbuh dalam diri manusia kecendrungan yang tidak wajar seperti tumbuhnya virus jahat dalam tubuh, lalu ia menyebar dan menguasai jiwanya. Bila demikian maka orang ini akan kehilangan keseimbangan kemanusiaannya yang normal dan akalnya seperti tidak mau lagi mengakui kebenaran. Kecerdasannya lalu diarahkan untuk melakukan kelicikan dan keculasan demi memenuhi keinginan jiwa yang telah menyimpang itu. Orang seperti ini akan menyembelih akhlaq mulia dengan dalih kebaikan, melakukan kejahatan dengan syiar kemanusiaan, dan menghancurkan bangunan al-haq dengan alasan memberantas kebatilan. Bila ada ayat Al-Quran atau hadits Rasulullah saw menghadang di depannya, ia akan mengingkarinya atau menafsirkannya sesuai hawa nafsunya. Golongan atau kelompok masyarakat yang mengidap penyakit ini diantaranya adalah para penganut paham ibahiyyah (permissif/serba boleh), juga mereka yang mengingkari Allah atau hari akhir, atau orang-orang yang mengaku nabi, atau bahkan menyatakan dirinya tuhan seperti terjadi dalam beberapa episode sejarah.
2.c. Al-Kibr (Sombong) kesombongan yang menguasai jiwa seseorang menyebabkan ia berani menolak kebenaran dan melecehkan para pendukung kebenaran. Lalu ia mencari paham kebatilan dan berusaha menghiasinya dengan argumentasi palsu yang tidak berdasar sama sekali. الكِبْرُ بَطَرُ الحقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ (رواه مسلم Kesombongan itu sikap menolak kebenaran dan melecehkan orang lain. (HR. Muslim). Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya, dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya. (Al-A’raf (7): 146). Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya. Maka mintalah perlindungan kepada Allah, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al-Mu’min (40): 56).( Bersambung 3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar