Sabtu, 28 Agustus 2010

DAKWAH KEPADA SYAHADAT LA ILAAHA ILLALLAAH

Firman Allah Ta’ala, “ Katakanlah: ‘ Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) hanya kepada Allah dengan penuh pengertian dan keyakinan. Maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang berbuat syirik (kepada-Nya).” (Qs. Yuusuf (12): 108)
Ibnu Abbas R.A menuturkan bahwa Rasulullah SAW tatkala mengutus Mu’adz ke Yaman, bersabdalah beliau kepadanya, “Sungguh, kamu akan mendatangi kaum Ahli Kitab, maka hendaklah dakwah pertama kali yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Laa ilaaha illallaah (Tiada ILAH (Tuhan) yang berhak disembah kecuali Allah).” Dalam riwayat lain disebutkan, “Supaya mereka mentauhidkan Allah.” Jika mereka telah mematuhi apa yang kamu dakwahkan itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalan. Jika mereka telah mematuhi apa yang telah kamu sampaikan itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya diantara mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir. Jika mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan itu, maka jauhkanlah dirimu dari harta pilihan mereka; dan jagalah dirimu dari doa orang mazhlum(teraniaya), karena sesungguhnya tiada suatu tabir penghalangpun antara doanya dan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari sahal bin Sa”ad RA, Bahwa Rasulullah SAW semasa perang Khaibar bersabda, “Demi Allah, niscaya akan kuserahkan bendera (komando perang) ini besok hari kepada orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya, semoga Allah menganugerahkan kemenangan melalui tangannya,” Maka semalam suntuk orang-orang memperbincangkan siapakah diantara mereka yang akan diserahi bendera itu. Pagi harinya, mereka mendatangi Rasulullah SAW, masing-masing berharap untuk diserahi bendera tersebut. Lalu bersabdalah beliau: “Dimana Ali bin Abu Thalib?” Dijawab, “Dia sakit kedua belah matanya.” Beliau bersabda,”Utuslah seorang utusan kepadanya.” Maka didatangkanlah dia. Lantas Nabi meludahi kedua belah matanya dan berdoa untuknya, seketika itu dia sembuh seakan-akan tidak pernah terkena penyakit. Lalu Rasulullah SAW menyerahkan bendera kepadanya dan bersabda, “Melangkahlah ke depan dengan tenang sampai kamu tiba di tempat mereka. Kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan sampaikanlah kepada mereka hak Allh Ta’ala dalam Islam yang wajib mereka laksanakan. Demi Allah, bila Allah member petunjuk satu orang lewat dirimu, benar-benar (hal itu) lebih baik (berharga) bagimu daripada unta-unta merah.”
Kandungan Bab ini:
1. Dakwah kepada Syahadat La ilaaha illallaah (Tiada Ilah (Tuhan) yang berhak disembah kecuali Allah) adalah pandangan hidup bagi orang-orang yang mengikuti Rasulullah SAW.
2. Diingatkan dalam bab ini supaya ikhlas (dalam berdakwah semata-mata karena Allah), karena kebanyakan orang kalau mengajak kepada kebenaran justru ia mengajak untuk berloyalitas penuh kepada dirinya sendiri.
3. Mengerti betul dan yakin akan apa yang didakwahkan adalah termasuk kewajiban.
4. Termasuk bukti kebenaran tauhid, bahwa tauhid adalah mengagungkan Allah dari mensifati Allah dengan sifat yang merendahkan-Nya.
5. Diantara keburukan syirik, bahwa syirik adalah merendahkan Allah.
6. Termasuk pelajaran yang sangat penting, bahwa seorang muslim perlu dijauhkan dari lingkungan orang-orang yang berbuat syirik, supaya nanti tidak menjadi seperti mereka, sekalipun dia tidak melakukan perbuatan syirik.
7. Tauhid adalah kewajiban yang pertama.
8. Tauhid adalah yang pertama kali harus didakwahkan sebelum semua kewajiban yang lain, termasuk kewajiban shalat.
9. Pengertian “Supaya mereka mentauhidkan Allah”, adalah pengertian syahadat.
10. Seorang bisa jadi termasuk Ahlul Kitab, akan tetapi dia tidak tahu pengertian La ilaaha illallaah yang sebenarnya; atau mengetahuinya tetapi tidak mengamalkannya.
11. Perlu diperhatikan metode pengajaran secara bertahap.
12. Yaitu; dimulai dari masalah yang paling penting, kemudian yang penting dan begitu seterusnya.
13. Salah satu sasaran pembagian zakat ialah orang-orang fakir.
14. Orang yang berilmu supaya menjelaskan sesuatu yang masih diragukan oleh orang yang sedang belajar.
15. Berkenaan dengan zakat, dilarang untuk mengambil harta pilihan (Termahal harganya).
16. Supaya menjaga diri dari tindakan zhalim terhadap seseorang.
17. Diberitahukan oleh Rasulullah, bahwa doa orang mazhlum dikabulkan Allah.
18. Diantara bukti-bukti tauhid adalah hal-hal yang dialami oleh Rasulullah dan para sahabat; seperti kesulitan, kelaparan dan wabah penyakit.
19. Sabda Rasulullah. “Demi Allah, niscaya akan kuserahkan bendera (komando perang) ini…” dst adalah salah satu tanda-tanda kenabian beliau.
20. Sembuhnya kedua belah mata Ali setelah diludahi oleh Rasulullah, termasuk pula dari tanda kenabian beliau
21. Keutamaan Ali RA.
22. Keistimewaan para sahabat karena hasrat mereka yang besar sekali kepada kebaikan dan sikap mereka yang senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan amal shalih dapat dilihat pada perbincangan mereka di malam menjelang perang Khaibar, tentang siapakah diantara mereka yang akan diserahi bendera komando perang. Masing-masing mereka menginginkan agar dirinyalah yang mendapat kehormatan itu.
23. Iman kepada Qadar. Karena, bendera komando tersebut tidak diserahkan kepada orang yang sudah berusaha, malah diserahkan kepada orang yang tidak berusaha untuk memperolehnya.
24. Etika di dalam JIHAD, sebagaimana terkandung dalam sabda Rasulullah. “Melangkahlah ke depan dengan tenang …. “.
25. Disyariatkan untuk berdakwah (mengajak) kepada Islam sebelum perang.
26. Syariat ini berlaku pula terhadap mereka yang sudah pernah didakwahi dan diperangi sebelumnya.
27. Dakwah dengan cara yang bijaksana, sebagaimana diisyaratkan dalam sabda beliau, “ … dan sampaikanlah kepada mereka hak Allah Ta’ala dalam Islam yang wajib mereka laksanakan.”
28. Mengetahui hal Allah dalam Islam.
29. Kemuliaan dakwah dan pahala bagi seorang da’I yang berhasil memasukkan satu orang saja ke dalam Islam.
30. Boleh bersumpah di dalam menyampaikan petunjuk.
(sumber Fathul Majid Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh, Peneliti Syaikh Abdul Aziz Abdullah Bin Baz)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar